24 Desember, 2014



Jujur itu Indah
Haii perkenalkan namaku adalah Renata Anastasya. Saat ini aku duduk di bangku kelas X MIA. Aku bersekolah di salah satu SMA Negeri yang ada di Jakarta.
Hari ini sekolahku sedang melaksanakan UAS(Ulangan Akhir Semester). Aku sudah bertekad untuk mengerjakan soal ulangan tanpa mencontek. Aku sudah berjanji kepada diriku sendiri untuk optimis percaya kepada kemampuan sendiri ketimbang mencontek ataupun memberi contekan kepada teman yang lain, terserah mereka mau bilang aku apa. Yang terpenting aku harus belajar dengan sungguh-sungguh agar hasilnya tidak mengecewakan.
***
Hari ini hari pertama UAS, aku berhasil mengerjakan ulangan dengan kemampuanku sendiri, tanpa mencontek dan member contekan. Tapi entah kenapa semua teman-temanku justru marah kepadaku, karena aku tidak mau memberi mereka contekan. Bahkan ada salah satu dari temanku yang mengejekku karena aku tidak menengok saat temanku memanggilku untuk mencontek.
“Udahlah kalau pelit mah gausah di temenin aja. Bikin ruangan sendiri aja sana kalau gamau ngasih contekan mah”kata Rio temanku. Kata-kata itu selalu Rio lontarkan kepadaku setiap bertemu denganku. Ada satu temanku yang aku anggap sangat dirugikan oleh Fandi. Bagaimana tidak… Fandi selalu saja mencontek kepada Nita saat ulangan karena tempat duduk mereka berdekatan. Aku sudah pernah bilang kepada Nita untuk tidak memberi contekan kepada Fandi saat ulangan. Tapi Nita justru tidak mau mendengarkan apa kataku. Justru Nita malah menolak mentah-mentah ucapanku itu.
“Nit, aku rasa kamu salah karena memberi contekan kepada Fandi, kamu sama saja membuat Fandi membohongi dirinya sendiri dengan mencontek Nit. Lagi pula kan memberi contekan pada teman itu tidak baik Nit. Bagaimana kalau misalnya kamu ketahuan memberi contekan kepada Fandi dan akhirnya kamu juga yang kena akibatnya Nit” kaytaku menasihati Nita. “kamu tenang saja Ren, aku tidak semuanya memberikan jawaban kepada Fandi, malahan kadangan juga aku yang nyontek sama Fandi Ren. Jadi kami sama-sama impas kok, jadi kamu gausah khawatir”kata Nita menjawab ucapanku.
***
Begitulah kelakuan teman-temanku seterusnya saat menghadapi ulangan. Aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala saja ketika melihat kelakuan dari teman-temanku.
Hingga pernah saat ulangan mata pelajaran Matematika. Saat itu aku mengerjakan soal ulangan dengan semampuku. Tapi karena waktunya yang hanya sebentar, aku sempat berpikir untuk mencontek. Tapi pikiran itu segera aku tepis jauh-jauh. Walaupun semua teman-temanku sudah selesai dan meninggalkkan ruang ujian, aku tetap percaya diri untuk tidak mencontek. Dan saat itu aku satu-satunya siswi kelas X yang belum selesai mengerjakan ulangannya. Mungkin saat itu Dimas temanku merasa kasihan dengan aku. Dan dia sempat membisikkan jawaban di telingaku saat ingin meninggalkan ruang ujian. “Ren? Nomor 13 jawabannya B”bisik Dimas kepadaku. Saat itu aku mendengar bisikan dari Dimas, tapi karena aku sudah berjanji tidak akan mencontek, maka aku tidak mengikuti bisikan Dimas, aku lebih percaya dengan jawabanku sendiri. Dan akhirnya aku bisa mengerjakan soal ulangan Matematika dengan sendiri, tanpa mencontek, dan tanpa mendengarkan jawaban dari Dimas.
Hingga tiba saatnya hari terakhir UAS, selama seminggu ini aku berhasil mengerjakan soal ulangan dengan kemampuanku sendiri, tanpa mencontek sedikitpun.
Hari ini pengawas yang mengawasi kami saat ulangan adalah Bu Dinda. Beliau adalah guru agama di sekolahku. Semua siswa dan siswi mengerjakan ulangan nya dengan serius. Tapi baru beberapa menit dimulainya ulangan, terdengar suara yang mengejutkan semua siswa dan siswi.
“itu yang di belakang robek saja lembar jawabannya Bu, ngapain kamu buka buku? Baru dimulai saja kamu sudah buka buku. Kamu ini masih kelas X tapi sudah berani berbuat curang. Cepat maju kedepan” kata pak Dino dengan nada marah. Ternyata Dimas ketahuan sedang membuka buku untuk mencontek. Padahal ulangan baru beberapa menit dimulai, tapi Dimas sudah ketahuan mencontek. Saat itu Dimas akhirnya mengerjkan ulangan nya di depan kelas tanpa beralaskan apapun.
Dan kedaan kembali bisa terkendali oleh Bu Dinda. Semua mengerjakan soal ulangan dengan keadaan yang sunyi.
Hingga tiba saat pergantian mata pelajaran yang di ujikan pada hari itu. saat itu mata pelajaran kedua adalah Bahasa Inggris Lintas Minat. Bu Dinda sudah berkali-kali mengingatkan kepada kami untuk mengerjakan ulangan tanpa mencontek. Tapi itu semua tidak di gubris sedikitpun oleh teman-temanku. Mereka asyik saja mencontek satu sama lain. Dan disitu Bu Dinda sengaja mendiamkan nya. Tapi teman-temanku sama sekali tidak memperdulikannya. Mereka beranggapan bahwa Bu Dinda memang memperbolehkan mereka untuk mencontek.
Dan kesabaran Bu Dinda sepertinya benar-benar sudah habis. Bu Dinda menghampiri meja Nita dan Fandi, Bu Dinda dengan sengaja mengambil lembar jawaban Nita dan Fandi, dan Bu Dinda mencoret lembar jawaban mereka berdua dengan bolpoint. Mereka berdua terus saja mengelak karena ketahuan sedang mencontek. Sudah jelas-jelas Bu Dinda melihat dengan mata kepalanya sendiri ketika Fandi dan Nita sedang mencontek.
Dan aksi Bu Dinda tidak berhenti sampai disitu. Temanku Rio juga di coret lembar jawabannya saat Rio mengumpulkannya ke depan.
Setelah selesai ulangan Nita menangis karena lembar jawabannya di coret oleh Bu Dinda. Nita terlihat sangat kesal sekali dengan Bu Dinda, sampai-sampai Nita tidak mengucapkan salam dan tidak mencium tangan Bu Dinda saat keluar ruangan.
Saat itu Nita baru percaya dengan ucapanku, dan Nita sangat menyesal karena tidak mendengarkan nasihatku waktu itu.
Beberapa hari setelah ulangan nya selesai, semua nilai sudah keluar dan aku sangat bangga karena aku bisa mendapatkan peringkat ke-3 saat UAS kemarin. Dan teman-temanku yang ulangan nya mencontek justru peringkatnya menurun.  
***
Sejak kejadian itu aku baru sadar. Tidak selamanya mencontek itu indah. Mungkin kalian fikir dengan mencontek akan membuat nilai kalian menjadi bagus dan memuaskan. Mungkin teori itu ada benarnya jika kalian mencontek dengan orang yang pintar. Tapi apa jadinya jika kalian mencontek dengan orang yang bodoh dan sama saja seperti kalian. Apa nilai kalian akan menjadi bagus? Tentu saja jawabannya tidak. Dari cerita di atas dapat disimpulkan bahwa sebuah kebohongan itu akan membuat diri kalian rugi. Dan sebuah kejujuran pastinya akan indah dan membuat kalian bangga nantinya.
#Tanamkanlah sikap jujur sejak dini,sebelum kalian akan menyesal nantinya.

Cerpen



Cinta Datang Terlambat
Haii perkenalkan namaku adalah Renata Anastasya. Saat ini aku bersekolah di salah satu SMA Negeri yang ada di Jakarta. Aku saat ini duduk di bangku kelas X MIA, dan besok adalah hari dimana akan dimulainya pelajaran di semester kedua. Aku sangat senang sekali, karena akhirnya aku bisa bertemu dengan sahabat-sahabatku. Aku sangat merindukan mereka, karena selama liburan aku tidak bertemu dengan mereka. Iris pulang ke kampung halamannya, sedangkan Mutia, dia tidak ada kabar selama liburan. Pokonya aku sangat ingin cepat-cepat besok.
#Hari pertama masuk sekolah setelah liburan
Pagi-pagi sekali aku sudah bangun dan langsung bersiap-siap untuk sekolah. Hari  ini aku sangat bersemangat sekali karena aku bisa bertemu dengan teman-teman dan sahabat-sahabatku. Pasti hari ini semua murid yang ada di sekolahku datang pagi-pagi sekali. Sama seperti aku.
***
Aku berjalan menyusuri sekolah, aku sudah sangat rindu dengan sekolahku tercinta ini. aku berjalan perlahan-lahan menuju ke kelas. “haii Rena? Apa kabar kamu? Kata Iris sambil menghampiri dan segera memelukku. “Iris? Aku sangat merindukanmu. Tanpa kamu di Jakarta aku sangat kesepian”kataku memasang wajah melas sambil memeluk balik Iris. “loh memangnya Mutia tidak menemuimu selama liburan?”Tanya Iris kepadaku. “Mutia tidak ada kabar selama liburan kemarin. Sudahlah lupakan saja yang penting kita sekarang sudah bisa berkumpul bersama lagi Ris, tinggal Mutia nih yang belum datang.”kataku kepada Iris. “itu Mutia Ren”kata Iris menunjuk kearah Mutia.
Baru saja aku dan Iris ingin menghampiri Mutia, tapi Ibu Dina wali kelas kami sudah datang ke kelas. Jadi aku dan Iris mengurungkan niatku untuk kangen-kangenan dengan Mutia.
“selamat pagi anak-anak”sapa bu Dina kepada kami (murid-murid). “pagi bu” jawab murid-murid serentak. “bagaimana dengan liburan kalian? Pasti menyenengkan bukan?” Tanya Bu Dina kepada murid-murid. Para murid menjawab dengan jawabannya masing-masing, sehingga suasana kelas sedikit gaduh. Untung saja Bu Dina bisa mengatasi semua itu.
“baiklah anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru, iya silahkan masuk”kata Bu Dina kepada orang yang berada di ambang pintu. Akhirnya orang yang berada di ambang pintu tersebut masuk ke kelas juga. “baiklah, sekarang kamu bisa perkenalkan diri kamu kepada teman-teman barumu.” Kata Bu Dina mempersilahkan murid baru itu untuk memperkenalkan dirinya.
“perkenalkan nama saya Bagas Prasetyo, saya pindahan dari SMA Negeri 04 yang ada di Bandung” kata Bagas smbil tersenyum. “baiklah Bagas, kamu bisa duduk di samping Akbar, di bangku yang kosong itu”kata Bu Dina mempersilahkan Bagas duduk.
Akhirnya pelajaran pertama dimulai. Aku sama sekali tidak memperhatikan siapa murid baru itu. Karena aku fikir itu sangat tidak penting bagiku. Padahal murid baru itu duduk tepat di belakangku
#Saatnya Istirahat
Akhirnya bel istirahat berbunyi juga, waktu yang pastinya sudah sangat ditunggu-tunggu oleh para murid. “Ris? Kita ke kantin yuuk! Aku lapar nih, tadi pagi gak sempet sarapan tauu”ajak ku pada Iris. “yaudah yukk Ren, aku juga tadi tidak sempat sarapan hehe”kata Iris sambil nyengir kuda. Aku akhirnya pergi ke kantin bersama kedua sahabatku, Iris dan Mutia.
Saat di kantin aku dan kedua sahabatku asyik mengobrol dan bercanda ria sambil menyantap makanan kami masing-masing. Tiba-tiba  ada yang menghampiri kami, dan meminta bergabung dengan kami. “Haii Ren,Ris,Mut” kata Akbar. “haii Bar”jawab kami bertiga serentak. “kami berdua boleh ikutan gabung sama kalian kan?”pinta Akbar. “boleh kok Bar, tenang aja” jawab Mutia. “oh iyaa kalian belum sempet kenalan sama murid baru tadi kan. Sekarang aku kenalin yaa? Gas kenalin ini namanya Rena, yang ini Iris,dan sebelahnya Mutia”kata Kbar kepada Bagas sambil menunjuk ke kami satu per satu.
***
Sejak perkenalan di kantin tempo hari, akhirnya kami bertiga semakin dekat dengan Bagas.tapi sebenarnya yang dekat dengan Bagas bukan aku sii, tapi Iris dan Mutia. Apalagi Iris dan Akbar sekarang makin dekat saja. Tapi yang aku heran… kenapa juga Bagas sangat senang dekat-dekat dengan Iris, padahal sudah jelas-jelas Iris sedang PDKT dengan Akbar. Ntahlah.. aku semakin tak mengerti..
Malam ini aku,Iris,dan Akbar janjian belajar bersama di rumahku. Dan tumben saja Bagas tidak ikut, biasanya kan dimana ada Akbar pasti dsitu juga ada Bagas hehe :D
Entah apa yang sudah direncanakan oleh Akbar, sepertinya ada yang aneh dengan tingkah laku Akbar, dia seperi ingin mengungkapkan sesuatu pada Iris. Dan benar saja… di hadapan kedua mataku Akbar menyatakan perasaannya pada Iris. Dunia serasa milik mereka berdua hehe :D dan pada malam itu juga Iris dan Akbar jadian, dan aku menjadi sksinya :D
***
Sejak awal perkenalanku dengan Bagas memang sudah tidak baik, karena saat itu Bagas tak sengaja menumpahkan air minumnya ke bajuku. Dan saat itu juga aku sudah menyimpan rasa kesal saat bertemu dengan Bagas. saat di sekolah aku selalu saja bertengkar dengan Bagas, dan terkadang hanya karena masalah sepele pun aku dan Bagas bertengkar. Iris dan Akbar terkadang sudah bosan untuk melerai aku dan B agas saat bertengkar.
Hingga tiba saat Bagas menghubungi aku dengan sepik-sepik menanyakan apakah Akbar ada di rumahku atau tidak. Aku tak tahu Bagas dapat nomorku dari siapa,aku tak peduli. Sejak saat itu aku dan Bagas jadi sering sekali smsan. Yaa.. walaupun terkadang saat  di sms pun aku dan bagas masih saja bertengkar hehe :D
Hingga suatu saat aku merasakan ada yang aneh dengan isi sms dari Bagas. tidak biasanya Bagas sms aku dengan kata-kata yang sopan. Dan benar saja perkiraanku… saat itu juga Bagas menyatakkan perasaan nya kepadaku. Aku tak tahu harus menjawab apa karena aku masih sangat shok.


From : Bagas
To : Rena
Ren? Aku tak tahu harus memulainya dari mana. Sejak pertama aku masuk ke kelas dan memperkenalkan diri di depan kelas. Aku memperhatikan kamu Ren, karena hanya kamu satu-satunya wanita yang tidak memperhatikan aku saat memperkenalkan diri. Dan saat di kantin, saat Akbar mengenalkan aku dengan kamu, aku sangat senang sekali, aku sangat berharap hari itu adalah awal kedekatan kita. Tapi semuanya harus hancur karena aku tak sengaja menumpahkan air minum ke baju kamu Ren, dan sejak saat itu aku sangat kecewa karena aku harus bertengkar setiap saat dengan kamu. Tapi seiring berjalannya waktu, aku mulai menyukai keadaan itu,  dan seiring berjalannya waktu rasa cinta itu mulai tumbuh Ren. Dan mungkin kamu mengira kalau aku menyukai Iris. Kamu salah Ren, aku mendekati Iris hanya ingin tahu lebih banyak tentang kamu Ren, bahkan aku mendapatkan nomor telepon kamu juga dari Iris. Aku tak mengharapkan balasan cinta darimu,karena aku sadar.. cinta itu tanpa pamrih, memberi tapi tidak untuk meminta balasan Ren. Aku sangat mencintai kamu Renata Anastasya <3 <3
Seketika aku terdiam saat membaca pesan singkat dari Bagas. kata-katanya sungguh menyentuh hatiku. Tapi  Aku tidak membalas sms dari Bagas karena aku bingung harus menjawab apa. Aku masih shok dengan pernyataan cinta dari seorang Bagas Prasetyo.
***
Sejak Bagas menyatakan perasaannya kepadaku entah kenapa dia justru menjauhi aku. Apa mungkin dia mengira aku menolak cintanya? Ataukah dia hanya mempermainkan perasaanku saja? Pertanyaan itu selalu saja menghantui pikiranku setiap saat. Aku sendiri tak mengerti dengan perasaanku, yang aku rasakan saat ini adalah aku kecewa dengan diriku sendiri karena aku terlambat untuk menyadari perasaanku sendiri. Mengapa cinta harus datang terlambat?. Disaat aku sadar kalau aku juga mencintai Bagas, tapi sekarang Bagas malah menjauhi aku dan jadian dengan Mutia sahabatku sendiri. Aku tak tahu apa maksud dari semua ini. apa Bagas benar-benar parnah mencintai aku? Apakah Mutia hanya menjadi pelampiasannya karena tidak bisa memiliki aku? Pertanyaan yang sampai sekarang tidak aku temukan jawabannya. Aku hanya bisa bahagia melihat Mutia bahagia dengan Bagas. walaupun sebenarnya hatiku menangis saat melihat Bagas dan Mutia bersama.
Mungkin ini sudah menjadi takdir untukku. Sekarang aku hanya bisa menangis, karena aku terlambat menyadari perasaanku sendiri. Iyaa.. ternyata begini rasanya terlambat untuk mencintai seseorang yang pernah mencintai kita. Bahkan aku tidak pernah cerita kepada kedua sahabatku bahwa Bagas pernah menyatakan perasaannya kepadaku. Mungkin hanya aku,Bagas, dan tuhan yang tahu semuanya.

Terimakasih karena kamu sudah pernah hadir dalam hidupku. Terimakasih karena kamu sudah pernah menjadi orang yang mencintai aku. Maaf karena aku harus terlambat menyadari perasaanku sendiri dan sudah membuat kamu kecewa. #CintaDatangTerlambat

06 Desember, 2014

Cerpen



Nasihat Ayah
 
Aku adalah siswi kelas XI di SMPN 121 JAKARTA UTARA. Aku mempunyai cita-cita yang tinggi. Aku bercita-cita ingin menjadi seorang guru bahasa indonesia, karena aku sangat menyukai pelajaran di bidang sastra dan bahasa. Setelah lulus SMP nanti, aku sangat ingin melanjutlan ke SMAN 75, tetapi orangtua ku tidak mendukung niat ku ini.
Saat di rumah, aku dan keluargaku sedang berkumpul di ruang tamu, ayahku mengawali percakapan dengan menanyakan nilai rapot bayangan ku yang sudah dibagikan.
“Nak bagaimana dengan nilai rapotmu? Apakah kamu puas dengan nilai rapotmu?” tanya ayah kepada ku.
“Alhamdulillah, Yah! Nilai rapotku lumayan bagus, hanya 2 mata pelajaran yang dibawah KKM” kata ku.
“Dan aku sudah cukup puas dengan nilai rapotku. Bagaimana dengan Ayah? Apa Ayah puas dengan nilai rapotku?” kata ku lagi.
“iya Nak, Ayah juga sudah puas dengan hasil belajarmu. Pesan Ayah! Agar kamu rajin belajar lagi, supaya nanti bisa masuk SMA Negeri.” kata Ayah dengan nada menasihati.
“iya Yah, aku juga inginnya seperti itu. Aku ingin masuk ke SMAN 75 kalau lulus SMP nanti.” kata ku sambil menjelaskan.
Saat aku berbicara seperti itu, sepertinya ada rasa kecewa di raut wajah Ayah. Aku jadi merasa bersalah. Suasana pun hening sejenak. Ibu ku datang membawakan minum untuk Ayah.
“ini Yah, diminum dulu tehnya” kata Ibu sambil menyodorkan secangkir teh kepada Ayah.
“Terima kasih ya bu” kata Ayah sambil mengambil teh yang Ibu berikan.
Setelah itu, Ibu duduk di samping Ayah, dan ikut mengintrogasiku.
“Memangnya kamu setelah lulus SMP ingin melanjutkan ke SMA mana Nak?” kata ibu.
“Kalau aku sih ingin masuk ke SMAN 75 Bu.” kata ku.
“Menurut Ayah, kamu lebih baik melanjutkan sekolah ke SMAN 110 saja Nak” kata ayah.
“Loh! Memangnya kenapa Yah.” kata ku dengan nada yang tinggi.
“Begini loh Nak! Menurut Ayah SMAN 110 itu sekolahnya cocok untuk kamu Nak. Karena kan sekolahnya juga tidak terlalu jauh dari rumah kita. Bukannya Ayah melarang kamu untuk memilih sekolah sendiri. Tetapi Ayah hanya memberi saran untuk kamu Nak.” nasihat ayah panjang lebar.
“iya loh Nak! Menurut Ibu, saran Ayah mu itu juga bagus. Karena kan kalau sekolahnya dekat itu, tidak memerlukan ongkos, selain bisa menghemat ongkosnya, bisa membuat kamu bebas dari macet dan tidak terlambat saat ke sekolah.” penjelasan ibu panjang lebar.
Aku hanya bisa diam saat Ayah dan Ibu ku berkata seperti itu. Aku sedikit kecewa dengan mereka. Tetapi aku tidak mau mengecewakan mereka. Aku berfikir sejenak, dan setelah ku pertimbangkan, omongan Ayah dan Ibuku ada benar nya juga, aku juga tidak perlu menghabiskan waktu ku untuk berangkat dan pulang sekolah.
“Baiklah Yah, Bu, aku akan mengikuti nasihat Ayah dan Ibu. Aku akan melanjutkan sekolah ku ke SMAN 110 saja.” kata ku sambil tersenyum kepada Ayah dan Ibu ku.
“wah!! Bagus kalau kamu mau mengikuti nasihat Ayah dan Ibu” kata Ayah sambil tersenyum kepada aku.
“iya. Ibu juga ikut senang kalau begitu.” kata Ibu.
“Iya Bu, setelah aku fikir-fikir, omongan Ayah sama Ibu ada benarnya juga.” kata ku.
“Iya Nak, Ayah harap kamu bisa tambah giat belajarnya. Supaya nanti bisa dapat nilai yang tinggi saat UN ya.” kata Ayah sambil mengelus kepala ku.
“Iya Yah. Terimakasih atas nasihat Ayah. InsyaAllah aku akan giat lagi belajarnya Yah.” kata ku.

Ternyata setiap nasihat itu mempunyai makna tersendiri. Dari nasihat Ayah, aku bisa belajar menjadi anak yang tidak egois dan mau mendengarkan nasihat yang Ayah berikan. Karena setiap nasihat dari orangtua itu selalu benar dan bermanfaat bagi anaknya. Setiap orangtua tidak akan pernah mau menyesatkan anaknya sendiri. Justru orangtua itu akan terus menuntun anaknya ke jalan yang benar.