Jujur itu
Indah
Haii perkenalkan namaku adalah Renata Anastasya. Saat ini aku
duduk di bangku kelas X MIA. Aku bersekolah di salah satu SMA Negeri yang ada
di Jakarta.
Hari ini sekolahku sedang melaksanakan UAS(Ulangan Akhir
Semester). Aku sudah bertekad untuk mengerjakan soal ulangan tanpa mencontek.
Aku sudah berjanji kepada diriku sendiri untuk optimis percaya kepada kemampuan
sendiri ketimbang mencontek ataupun memberi contekan kepada teman yang lain,
terserah mereka mau bilang aku apa. Yang terpenting aku harus belajar dengan
sungguh-sungguh agar hasilnya tidak mengecewakan.
***
Hari ini hari pertama UAS, aku berhasil mengerjakan ulangan
dengan kemampuanku sendiri, tanpa mencontek dan member contekan. Tapi entah
kenapa semua teman-temanku justru marah kepadaku, karena aku tidak mau memberi
mereka contekan. Bahkan ada salah satu dari temanku yang mengejekku karena aku
tidak menengok saat temanku memanggilku untuk mencontek.
“Udahlah kalau pelit mah gausah di temenin aja. Bikin ruangan
sendiri aja sana kalau gamau ngasih contekan mah”kata Rio temanku. Kata-kata
itu selalu Rio lontarkan kepadaku setiap bertemu denganku. Ada satu temanku
yang aku anggap sangat dirugikan oleh Fandi. Bagaimana tidak… Fandi selalu saja
mencontek kepada Nita saat ulangan karena tempat duduk mereka berdekatan. Aku
sudah pernah bilang kepada Nita untuk tidak memberi contekan kepada Fandi saat
ulangan. Tapi Nita justru tidak mau mendengarkan apa kataku. Justru Nita malah
menolak mentah-mentah ucapanku itu.
“Nit, aku rasa kamu salah karena memberi contekan kepada
Fandi, kamu sama saja membuat Fandi membohongi dirinya sendiri dengan mencontek
Nit. Lagi pula kan memberi contekan pada teman itu tidak baik Nit. Bagaimana
kalau misalnya kamu ketahuan memberi contekan kepada Fandi dan akhirnya kamu
juga yang kena akibatnya Nit” kaytaku menasihati Nita. “kamu tenang saja Ren,
aku tidak semuanya memberikan jawaban kepada Fandi, malahan kadangan juga aku
yang nyontek sama Fandi Ren. Jadi kami sama-sama impas kok, jadi kamu gausah
khawatir”kata Nita menjawab ucapanku.
***
Begitulah kelakuan teman-temanku seterusnya saat menghadapi
ulangan. Aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala saja ketika melihat
kelakuan dari teman-temanku.
Hingga pernah saat ulangan mata pelajaran Matematika. Saat itu
aku mengerjakan soal ulangan dengan semampuku. Tapi karena waktunya yang hanya
sebentar, aku sempat berpikir untuk mencontek. Tapi pikiran itu segera aku
tepis jauh-jauh. Walaupun semua teman-temanku sudah selesai dan meninggalkkan
ruang ujian, aku tetap percaya diri untuk tidak mencontek. Dan saat itu aku
satu-satunya siswi kelas X yang belum selesai mengerjakan ulangannya. Mungkin
saat itu Dimas temanku merasa kasihan dengan aku. Dan dia sempat membisikkan
jawaban di telingaku saat ingin meninggalkan ruang ujian. “Ren? Nomor 13
jawabannya B”bisik Dimas kepadaku. Saat itu aku mendengar bisikan dari Dimas,
tapi karena aku sudah berjanji tidak akan mencontek, maka aku tidak mengikuti
bisikan Dimas, aku lebih percaya dengan jawabanku sendiri. Dan akhirnya aku
bisa mengerjakan soal ulangan Matematika dengan sendiri, tanpa mencontek, dan
tanpa mendengarkan jawaban dari Dimas.
Hingga tiba saatnya hari terakhir UAS, selama seminggu ini aku
berhasil mengerjakan soal ulangan dengan kemampuanku sendiri, tanpa mencontek
sedikitpun.
Hari ini pengawas yang mengawasi kami saat ulangan adalah Bu
Dinda. Beliau adalah guru agama di sekolahku. Semua siswa dan siswi mengerjakan
ulangan nya dengan serius. Tapi baru beberapa menit dimulainya ulangan,
terdengar suara yang mengejutkan semua siswa dan siswi.
“itu yang di belakang robek saja lembar jawabannya Bu, ngapain
kamu buka buku? Baru dimulai saja kamu sudah buka buku. Kamu ini masih kelas X
tapi sudah berani berbuat curang. Cepat maju kedepan” kata pak Dino dengan nada
marah. Ternyata Dimas ketahuan sedang membuka buku untuk mencontek. Padahal
ulangan baru beberapa menit dimulai, tapi Dimas sudah ketahuan mencontek. Saat
itu Dimas akhirnya mengerjkan ulangan nya di depan kelas tanpa beralaskan
apapun.
Dan kedaan kembali bisa terkendali oleh Bu Dinda. Semua
mengerjakan soal ulangan dengan keadaan yang sunyi.
Hingga tiba saat pergantian mata pelajaran yang di ujikan pada
hari itu. saat itu mata pelajaran kedua adalah Bahasa Inggris Lintas Minat. Bu
Dinda sudah berkali-kali mengingatkan kepada kami untuk mengerjakan ulangan
tanpa mencontek. Tapi itu semua tidak di gubris sedikitpun oleh teman-temanku.
Mereka asyik saja mencontek satu sama lain. Dan disitu Bu Dinda sengaja
mendiamkan nya. Tapi teman-temanku sama sekali tidak memperdulikannya. Mereka
beranggapan bahwa Bu Dinda memang memperbolehkan mereka untuk mencontek.
Dan kesabaran Bu Dinda sepertinya benar-benar sudah habis. Bu
Dinda menghampiri meja Nita dan Fandi, Bu Dinda dengan sengaja mengambil lembar
jawaban Nita dan Fandi, dan Bu Dinda mencoret lembar jawaban mereka berdua
dengan bolpoint. Mereka berdua terus saja mengelak karena ketahuan sedang
mencontek. Sudah jelas-jelas Bu Dinda melihat dengan mata kepalanya sendiri
ketika Fandi dan Nita sedang mencontek.
Dan aksi Bu Dinda tidak berhenti sampai disitu. Temanku Rio
juga di coret lembar jawabannya saat Rio mengumpulkannya ke depan.
Setelah selesai ulangan Nita menangis karena lembar jawabannya
di coret oleh Bu Dinda. Nita terlihat sangat kesal sekali dengan Bu Dinda,
sampai-sampai Nita tidak mengucapkan salam dan tidak mencium tangan Bu Dinda
saat keluar ruangan.
Saat itu Nita baru percaya dengan ucapanku, dan Nita sangat
menyesal karena tidak mendengarkan nasihatku waktu itu.
Beberapa hari setelah ulangan nya selesai, semua nilai sudah
keluar dan aku sangat bangga karena aku bisa mendapatkan peringkat ke-3 saat
UAS kemarin. Dan teman-temanku yang ulangan nya mencontek justru peringkatnya
menurun.
***
Sejak kejadian itu aku baru sadar. Tidak selamanya mencontek
itu indah. Mungkin kalian fikir dengan mencontek akan membuat nilai kalian
menjadi bagus dan memuaskan. Mungkin teori itu ada benarnya jika kalian
mencontek dengan orang yang pintar. Tapi apa jadinya jika kalian mencontek
dengan orang yang bodoh dan sama saja seperti kalian. Apa nilai kalian akan
menjadi bagus? Tentu saja jawabannya tidak. Dari cerita di atas dapat
disimpulkan bahwa sebuah kebohongan itu akan membuat diri kalian rugi. Dan
sebuah kejujuran pastinya akan indah dan membuat kalian bangga nantinya.
#Tanamkanlah sikap jujur sejak dini,sebelum kalian akan
menyesal nantinya.